Saya selama bulan Januari – Februari ini mengikuti
program wajib KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) Unpad. Bersama teman-teman
saya, baik teman yang sudah kenal sebelumnya maupun teman-teman baru mendapat
lokasi KKN di desa Haurseah, kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Kami
berangkat tanggal 15 Januari 2013 dari kampus Unpad Jatinangor. Setelah sekitar
empat jam naik bus kami sampai di gerbang kecamatan, rupanya jalan menuju desa
Haurseah masih sempit sehingga kami harus menyewa mobil pick up untuk dapat
sampai di rumah tempat kami bakal tinggal sebulan ke depan. Rumah tempat kami
tinggal adalah rumah milik warga desa, Pak Kirnan beserta istri dan anaknya
yang tinggal di rumah tersebut namun selama kami menumpang, keluarga Pak Kirnan
tinggal di rumah sebelah rumah kami. Rumah yang kami tempati sudah cukup
modern, memiliki tiga kamar, dapur, kamar mandi, ruang tamu, dan ruang tengah
yang luas. Walaupu rumah yang kami tempati cukup nyaman namun ada saja masalah
bagi kami yang tidak biasa tinggal di desa, terutama masalah air dan sinyal
untuk telepon seluler. Hari-hari pertama di desa Haurseah saya gunakan untuk
mengenal desa dan warganya, seperti apa desa Haurseah? Bagaimana kehidupan dan
kebiasaan warganya? Apa saja potensi desa? Serta membayangkan bagaimana jika
saya menjadi penduduk desa Haurseah.
Desa Haurseah terletak di
kaki gunung Ceremai sehingga suhu udara di desa Haurseah dingin dengan kabut
tebal yang sering menyelimuti desa. Pemandangan di desa ini sungguh indah,
bukit-bukit yang berjejer, sawah milik warga yang membentang, serta karena
terletak di ketinggian dapat terlihat pemandangan sebagian kabupaten Majalengka
dari desa Haurseah. Selain alam yang indah, warga desa Haurseah ramah-ramah,
hal yang membuat saya betah di desa ini. Kegiatan kami seperti mengunjungi
balai desa, masjid, lokasi industri desa, maupun ke sekolah-sekolah membuat
saya senang berada di desa ini. Namun, di balik segala keindahannya tentu ada
yang menjadi masalah di desa Haurseah, sejauh yang saya lihat, salah satuya adalah
masalah kebersihan. Kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya masih kurang
bagi warga Desa Haurseah, ditambah lagi dengan minimnya tempat sampah, baik
umum maupun di rumah-rumah. Warga desa Haurseah sebenarnya ingin agar desanya
bersih namun mereka bingung harus melakukan apa. Dari situlah saya berpikir
apabila saya bagian dari warga, saya ingin mengajak warga untuk lebih sadar
akan kebersihan lingkungan dimulai dari hal kecil seperti buang sampah pada
tempatnya. Selain masalah kebersihan, ekonomi juga menjadi masalah di desa
Haurseah, meski sepintas warga hidup berkecukupan dan nyaman, warga masih
merasa pendapatan mereka kurang jika dibandingkan dengan hasil produksi mereka,
warga desa Haurseah masih mengharapkan bantuan pemerintah. Untuk memecahkan
masalah ini haruslah terlebih dahulu deteliti lebih lanjut sumber
permasalahannya. Sebenarnya warga desa Haurseah telah nyaman dengan
kehidupannya berdasarkan kearifan lokal setempat, akan tetapi nilai-nilai
kearifan tersebut mulai bergeser kedudukannya, baik secara positif seperti
mengenai keagamaan juga secara negatif di mana warga Haurseah menjadi lebih
konsumtif akibat arus globalisasi.
Saya dan teman-teman
kelompok KKN desa Haurseah banyak belajar dari desa Haurseah. Kehidupan
keagamaan di desa Haurseah sangat kuat, terdapat 6 masjid dan beberapa mushalla
di lingkungan desa, mengingat luas wilayah yang tidak terlalu besar maka tidak
heran jika desa Haurseah dikenal sebagai desa santri terlebih lagi hampir tiap
masjid mendirikan pesantren tersendiri. Hal ini mengingatkan saya pentingnya
kehidupan beragama dalam kehidupan. Hal lain yang saya dapatkan adalah
kebersamaan warga yang tinggi, terutama di kalangan pemuda. Hal-hal kecil
seperti olahraga dan kegiatan sehari-hari rupanya dapat memacu sportivitas dan
kekeluargaan. Banyak hal baru yang saya saksikan di desa Haurseah yang saya
harapkan dapat mengubah cara berpikir saya menjadi lebih baik setelah kegiatan
KKN ini. Terima kasih desa Haurseah!